Friday, May 14, 2010

untitled..

“Sungguh, jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril, lalu berfirman, ‘Aku sungguh mencintai si Fulan, maka cintailah ia !’. Maka ia pun dicintai penghuni langit. Kemudian ia diterima oleh penduduk bumi”

(HR.Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Harga atau nilai tertinggi untuk sebuah kata, CINTA. Mahadaya Cinta, dahsyatnya pengaruh cinta dalam kehidupan ini. Barangsiapa mencintai karenaNya, maka IA akan memberikan seluruh cintaNya buat dirinya.

Aku sadar, kalo selama ini cinta yang aku letakkan di hati masih jauh dari niatan mencintai karena Allah. Segala yang aku lakukan pun dilandaskan pada demi mencari simpati dia yang aku kagumi. Bahkan, andaikan aku diminta untuk terjun dari sebuah tebing yang tinggi pun akan aku lakukan, demi cintaku padanya.

Aku tahu, sesungguhnya mencintai mahlukNya tidak boleh melebihi cintaku padaNya. Pantas saja, hingga beberapa kali aku gagal menggapai cintaku. Karena ada yang cemburu. Karena ada yang curiga. Dan karena ada yang tak ridho. Mungkin karena-karena itulah yang membuat aku terpuruk. Tapi aku tak mau berprasangka buruk terhadapNya. Aku tahu, semua itu yang terbaik dariNya untukku. Memang aku yang salah dari semua itu.

Dulu kecenderungan cintaku hanyalah ‘nafsu’. Karena dia cantik, menurut pandangan mataku. Karena dia baik, seperti yang kurasa di hati. Aku tak pernah sedikitpun menyadari pertemuanku dengannya ada yang mengatur, yaitu Allah SWT. Yang memberikanku sepasang mata saat melihat dia lewat di depanku untuk pertama kali. Hingga aku tahu, dia berwajah cantik. Dan juga sebongkah hati yang bisa merasakan lukanya tertusuk panah asmara pada pandangan pertama.

Adanya dia saat ini di hatiku, karena ada yang menyimpannya. Adanya dia dipikiranku, karena ada yang menyelipkannya.

Kini aku sadari, aku terlampau sering melewatkan cintaNya dalam kehidupanku. Aku melewatkan syukurku untuk cinta yang telah IA tanamkan di hatiku. Dan aku melupakan perintahNya untuk lebih mencintaiNya, Sang Pencipta Pemilik segala Cinta di hatiku daripada mahluk-mahluk ciptaanNya. Dan kini aku sadari dalam kesendirianku.

Cintaku, sudah sepantasnya engkau kini lari dari hatiku. Karena ada yang cemburu melihatmu di sampingku selalu, Allah ‘Azza wa jalla.

Cintaku, sudah seharusnya engkau tak kusemayamkan dalam hatiku selalu. Karena sesungguhnya adalah DIA yang lebih pantas bersemayam disana.

Cintaku, maafkan aku melupakanmu untuk beberapa saat. Aku ingin hubungan kita terjalin olehNya. Biarlah DIA yang menjalin kita nantinya.

Dan kini cintaku, sabarlah engkau menunggu aku di penantianmu. Jika IA meridhoi engkau jadi pendampingku. Yakinlah aku akan menjemputmu bersama cintaNya. Tentunya saat semuanya sudah ditentukanNya.

Saat ini biarkan aku dan kau meningkatkan terus kadar cinta kita untuk mencintaiNya. Aku ingin kita terus mencintaiNya. Aku tak berharap banyak, selain IA juga mencintai kita. Apalah arti hidup dan cinta kita, jika tanpa dilandasi dengan cintaNya. Mungkin aku dan kau akan dibiarkan ber-‘maksiat’ terus menerus.

Saat itu pasti akan terijabahkan, insyaallah, dikala sebuah walimatul ‘ursy telah di depan mata. Saat Allah SWT, Kekasih Sejati kita, menjadi saksi penyatuan kita. Di depan penghulu, aku mengikrarkan janji. Diiringi do’a restu dari Ayah-Bunda, kerabat, teman-teman kita dan seluruh tamu undangan.

Mudah-mudah di akhir kelak kita akan dipertemukan kembali menjadi sepasang penghuni sorga. Dimana kita bisa menatap sama-sama wajah Alloh SWT yang sesungguhnya dengan sepuasnya. Amien.

0 comments: