Sunday, September 19, 2010

Tabarruj dan Ikhtilat


Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya menjadi acuan bagi siapa saja, pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa untuk meniti kehidupan yang lebih baik dan harmonis dalam ridha sang pencipta. Rambu-rambunya diletakkan untuk dijadikan pedoman perjalanan hidup untuk selamat sampai tujuan. Jika ada rambu yang dilanggar, maka akibat buruk akan menimpa pelanggar itu dan bahkan sering menimpa orang lain juga. Di antara persoalan besar yang dihadapi oleh manusia adalah yang berkaitan dengan wanita. Persoalan ini adalah persoalan Bani Israel dan persoalan umat ini. Rasulullah telah mengisyaratkan masalah ini:

“Aku tidak tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain (fitnah) wanita.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Harta paling berharga yang dimiliki wanita adalah rasa malu dan harga diri. Jika wanita melepaskan pakaian malunya dan tidak lagi menjaga harga diri serta kewanitaannya, dampaknya akan menimpa keluarga dan masyarakat. Maka selayaknya keluarga dan masyarakat juga turut dalam menjaga nilai-nilai ini pada diri wanita-wanitanya. Jika wanita tidak lagi mengenakan hijab sebagaimana yang telah ditentukan Islam, ditambah dengan pelanggaran batas hubungan antar laki-laki dan wanita, maka kerusakan akan terjadi. Hal ini karena syahwat manusia adalah sesuatu yang berbahaya jika tidak dikendalikan.

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wanita itu dari depan nampak seperti bentuk setan dan dari belakang nampak seperti bentuk setan. Kalau salah seorang di antara kalian melihat wanita hendaklah mendatangi istrinya. Karena hal itu akan meredakan apa yang di dalam dirinya.”

Pengertian Tabarruj

Menurut bahasa, tabarruj adalah wanita yang memamerkan keindahan dan perhiasannya kepada laki-laki (Ibnu Manzhur di Lisanul Arab). Tabarrajatil mar’ah artinya wanita yang menampakkan kecantikannya, lehernya, dan wajahnya. Ada yang mengatakan, maksudnya adalah wanita yang menampakkan perhiasannya, wajahnya, kecantikannya kepada laki-laki dengan maksud untuk membangkitkan nafsu syahwatnya.

Dengan kata lain tabarruj adalah menonjolkan perhiasan, kecantikan termasuk bentuk tubuh dan sarana-sarana lain dalam berpenampilan agar menarik perhatian lawan jenis. Sarana lain yang biasa digunakan misalnya wangi-wangian, warna baju yang mencolok atau penampilan tertentu yang “nyentrik” atau perhiasan yang berbunyi jika dibawa jalan.

Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang ditujukan wanita kepada mata-mata orang yang bukan muhrim. Termasuk orang yang mengenakan cadar, di mana seorang wanita membungkus wajahnya, apabila warna-warnanya mencolok dan ditujukan agar dinikmati orang lain, ini termasuk tabarruj jahiliyah terdahulu. Seperti yang disinyalir ayat,

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)

Allah melarang para wanita untuk tabarruj setelah memerintahkan mereka menetap di rumah. Tetapi apabila ada keperluan yang mengharuskan mereka keluar rumah, hendaknya tidak keluar sembari mempertontonkan keindahan dan kecantikannya kepada laki-laki asing yang bukan muhrimnya. Allah juga melarang mereka melakukan tabrruj seperti tabarrujnya orang-orang jahiliyah terdahulu. Apa maksud tabarruj jahiliyah terdahulu itu?

Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau berjalan berlenggak-lenggok genit. Allah melarang hal ini.”

Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan lehernya. Inilah tabarruj terdahulu di mana Allah melarang wanita-wanita beriman untuk melakukannya.”

Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari Mujahid, “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” Dia (Mujahid) berkata, “Wanita dahulu berjalan-jalan di hadapan kaum (laki-laki). Itulah tabarruj Jahiliyah.”

Mujahid berkata, “Wanita dahulu keluar dan berada di antara para laki-laki. Inilah maksud dari tabarruj jahiliyah terdahulu.”

Ada yang mengatakan, yang dimaksud jahiliyah pertama adalah jahiliyah sebelum Islam, sedangkan jahiliyah kedua adalah umat Islam yang melakukan perbuatan jahiliyah pertama.

Tabarruj telah diharamkan oleh Allah SWT dengan larangan yang menyeluruh dalam segala kondisi dengan dalil yang jelas. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah SWT:

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. AnNuur 60)

Pemahaman dari ayat ini adalah larangan bertabarruj secara mutlak. Allah membolehkan mereka (wanita yang berhenti haid dan tidak ingin menikah) menanggalkan pakaian luar mereka (jilbab), tanpa bertabarruj. Orang tua (menopouse) boleh tetap mengenakan jilbab dan boleh juga mengenakan baju apa saja selain jilbab selama tidak menonjolkan perhiasan, kecantikan, bentuk tubuh ketika di kehidupan umum seperti di jalan-jalan,pasar, mall, dll. Jika wanita tua saja dilarang untuk bertabarruj, maka mafhum muwafaqahnya yaitu wanita yang belum berhenti haid lebih dilarang untuk bertabarruj.

Ayat lain yang melarang tabarruj adalah firman Allah SWT:

“Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” (QS AnNuur 31)

Allah dalam ayat iberbeda dengan perhiasan atau berhias. Tidak ada makna syara’ tertentu terhadap kata tabarruj, sehingga penafsiran kata tabarruj diambil dari makna lughawi (bahasa). Tabarruj secara bahasa berarti menonjolkan perhiasan, kecantikan termasuk keindahan tubuh pada laki-laki non muhrim. Dalil lain yang menerangkan bahwa tabarruj adalah menonjolkan perhiasan, keindahan tubuh pada laki-laki asing adalah :ni melarang salah satu bentuk tabarruj, yaitu menggerakkan kaki sampai terdengar bunyi gelang kakinya sehingga orang lain menjadi tahu perhiasan wanita yang menggerakkan kaki tersebut, yang berarti wanita tersebut telah menonjolkan perhiasannya. Dalil ini juga menjelaskan akan larangan tabarruj, yaitu menonjolkan perhiasan.

Diriwayatkan dari Abi Musa Asy Sya’rawi: “Wanita yang memakai parfum, kemudian melewati suatu kaum (sekelompok orang) supaya/sampai mereka mencium aromanya maka berarti dia pezina.”

Diriwayatkan pula dengan sabda Rasulullah Saw: “Dua golongan penghuni neraka, saya belum melihat sebelumnya adalah: wanita yang berpakaian seperti telanjang dan wanita yang berjalan lenggak-lenggok di atas kepala mereka seperti punuk unta, maka mereka tidak akan masuk surga dan tidak mendapatkan baunya.”

Kata telanjang, berlenggak-lenggok dan seperti punuk unta menunjukkan arti agar tampak perhiasan dan kecantikannya. Atas dasar ini dapat dimengerti bahwa tabarruj tidak sama dengan sekedar perhiasan atau berhias, namun bermakna menonjolkan perhiasan.

Adapun mengenai perhiasan, maka hukum asalnya adalah mubah untuk dikenakan selama belum ada dalil yang mengharamkanya, hal ini sesuai dengan kaidah syara’. Hukum asal suatu benda (asy yĆ¢’) adalah mubah. Sebagian perhiasan memang diharamkan Allah antara lain sbb:

Diriwayatkan Ibnu Umar, “Sesungguhnya Nabi melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut orang lain, wanita yang rambutnya minta disambungkan, wanita yang mentato, dan wanita yang minta ditato.”

Walaupun semula berhias dalam kondisi berkabung dibolehkan akan tetapi bisa menjadi haram manakala berhiasnya menggunakan perhiasan yang haram dan apabila berhiasnya sampai menjadikannya termasuk tabarruj yaitu menonjolkan perhiasan dan kecantikan di hadapan laki-laki asing (non mahrom).

Pengertian ikhtilath

Ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya dua hal atau lebih. Ikhtilath dalam pengertian syar’i maksudnya bercampur-baurnya perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim di sebuah momen dan forum yang tidak dibenarkan oleh Islam.

Imam Abu Daud meriwayatkan, Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari bahwa ia mendengar Rasulullah saw keluar rumah dari masjid. Tiba-tiba orang laki-laki dan wanita berkumpul di jalanan. Rasulullah saw berkata kepada para wanita itu, “Agar wanita di belakang saja, kalian tidak boleh berada di tengah-tengah jalan (ketika ada laki-laki) dan hendaknya kalian di pinggiran jalan.” Serta merta ada wanita yang merapat ke dinding (rumah) sampai-sampai pakaiannya tersangkut ke dinding itu karena terlalu nempel.” (Abu Daud).

Al-Qur’an memberikan arahan kepada wanita bagaimana seharusnya mereka bersikap, bersuara dan bergaul dengan lawan jenisnya. Allah berfirman,

“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)

Sekarang ini pemandangan wanita tabarruj menjadi biasa, termasuk di negeri-negeri muslim. Dunia entertainmen memiliki peran besar dalam mensosialisasikan budaya tabarruj. Ikhtilath juga tidak bisa dipisahkan dari budaya mereka. Seorang pemuda akan dipandang aneh jika tidak memiliki teman-teman wanita. Lebih jauh, pergaulan bebas semakin membudaya.

Tabarruj dan Ikhtilath adalah konspirasi musuh-musuh Islam

Tabarruj dan ikhtilath merupakan tradisi Yahudi, ini nampak dalam protokoler mereka, wajib bagi mereka untuk menundukkan semua bangsa dengan cara memerangi akhlak dan memporak-porandakan nilai-nilai keluarga dengan berbagai sarana yang ada. Lalu mereka menemukan bahwa sarana yang paling efektif untuk menyerang basis keluarga adalah dengan cara merangsang mereka melakukan kejahatan dan merangsang nafsu syahwat. Racun ini lalu mereka sebarkan melalui berbagai media, film, koran, majalah, cerita, dan lain-lain. Kita sekarang hidup di zaman banyak dan beragam fitnah dan godaan, karena interaksi kita dengan dunia luar, misal melalui media masa audio maupun visual. Wanita dibiarkan berkeliaran ke mana saja tanpa batas dan bergaul dengan siapa saja serta dengan dandanan model zamannya, membuka aurat, dengan kosmetik dan parfum yang menarik perhatian. Acap kali kita menyaksikan, bahkan seorang gadis belia keluar dari rumahnya tanpa didampingi oleh muhrimnya, bertemu dengan siapa saja tanpa pantauan kedua orang tuanya. Wanita berbicara melalui telepon hingga berjam-jam tanpa diketahui oleh walinya. Di waktu siang maupun malam tidak jarang dijumpai wanita berada di luar rumah, bukan untuk suatu kepentingan belanja atau urusan keluarganya, semata-mata untuk mencari sensasi. Kemudian ia bergabung dalam kerumunan laki-laki dan perempuan. Hampir bisa dipastikan bahwa tujuan keluar rumah adalah sengaja menyebarkan fitnah dan menggoda mata laki-laki. Sementara orang tuanya, kakak dan adiknya tenang berada di rumah.

Bahaya Tabarruj dan Ikhtilat

1. Tabarruj dan ikhtilath adalah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya

Dan barangsiapa bermaksiat kepada Allah maka ia akan merasakan akibatnya dan sama sekali tidak akan membahayakan Allah.

Rasulullah saw. bersabda, ”Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau”. Mereka (sahabat) bertanya, ”Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau?” Beliau bersabda, ”Barangsiapa taat kepadaku akan masuk surga dan barangsiapa bermaksiat kepadaku ia orang yang tidak mau”. (H.R. Bukhari)

2. Tabarruj dan ikhtilath termasuk dosa besar

Kedua hal ini merupakan sarana paling kuat terhadap perbuatan zina. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. mengaitkan antara tabarruj dan dosa-dosa besar seperti syirik, mencuri, dan berzina.

Di riwayat yang shahih dari Ahmad diceritakan bahwa Umaimah binti Raqiqah datang kepada Rasulullah saw. Untuk berbaiat kepada beliau dalam membela Islam. Beliau bersabda, ”Aku membaiatmu agar kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak melakukan kebohongan dari hadapanmu (karena perbuatan lisan dan kemaluan), tidak meratapi (orang mati), dan tidak tabarruj dengan tabarruj jahiliyah pertama.” (H.R. Bukhari).

3. Tabarruj dan ikhtilath mendatangkan laknat

Rasulullah SAW bersabda: “Akan ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka bagaikan punuk unta, laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang pantas dilaknat.”

Di Mustadrak Al-Hakim dan di Musnad Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda, ”Akan datang di akhir umatku nanti laki-laki yang naik pelana (mewah) layaknya laki-laki yang turun ke pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka mengenakan pakaian namun telanjang, di kepala mereka seperti punuk unta kurus. Kutuklah wanita-wanita itu karena sesungguhnya mereka itu terkutuk. Jika setelah kalian ada kaum, tentu wanita-wanita kalian akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana wanita-wanita kaum terdahulu melayani kalian.”

4. Tabarruj temasuk sifat penghuni neraka

Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, ”Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (H.R. Muslim)

5. Tabarruj adalah kemunafikan yang akan mendatangkan kegelapan di hari kiamat

Al-Baihaqi meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dengan sanad shahih, ”Sebaik-baik wanita kalian adalah yang penyayang, yang banyak melahirkan, yang cocok (dengan suaminya) jika mereka bertakwa kepada Allah. Dan seburuk-buruk wanita adalah yang tabarruj dan sombong. Mereka itulah orang-orang munafik. Tidak akan masuk surga salah seorang di antara mereka kecuali seperti gagak putih.” (Baihaqi).

6. Tabarruj dan ikhtilath menodai kehormatan keluarga dan masyarakat

Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, ”Ada tiga orang yang kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang yang keluar dari jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam keadaan bermaksiat, seorang budak perempuan dan laki-laki yang berlari (dari tuannya) kemudian ia mati, dan seorang wanita ditinggal keluar oleh suaminya dan telah dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia bertabarruj setelah itu. Maka jangan bertanya kepada mereka.” (H.R. Ahmad)

Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja di antara wanita yang menanggalkan pakaiannya di selain rumah suaminya, maka ia telah mengoyak tirai pelindung antara dirinya dan Allah Azza wa Jalla.”

7. Tabarruj adalah sunnah Iblis

Jika menutup aurat dan berhijab serta menjaga diri dan kehormatan adalah sunnah Nabi saw., maka tabarruj dan ikhtilath adalah sunnah Iblis, di mana sasaran godaan pertama terhadap manusia adalah agar auratnya terbuka. Allah mewanti-wanti hal ini kepada kita agar kita tidak terfitnah oleh tipu daya Iblis.

Allah berfirman, ”Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-Araf: 27).

8. Tabarruj dan ikhtilath adalah permulaan zina

Setiap kali penyimpangan terjadi akan melahirkan penyimpangan lain yang lebih besar. Ketika wanita tidak menutup auratnya dan tidak menjaga kehormatannya dengan bercampur bersama laki-laki yang bukan muhrimnya, terlebih dengan dandanan yang menyebar fitnah, rasa malu sudah sirna dan ghirah laki-laki mulai tiada, maka hal-hal haram menjadi mudah dilakukan bahkan dosa-dosa besar menjadi hal yang biasa dan wajar. Termasuk diantaranya zina. Di tengah masyarakat kita sekarang terjadi perbedaan persepsi tentang zina. Bahkan tidak ada undang-undang yang menjadikan zina sebagai kejahatan kecuali ia terkait dengan hak-hak asasi manusia.

9. Tabarruj dan ikhtilath mengundang siksaan Allah

Secara umum, kemaksiatan kerap kali menjadi penyebab terjadinya berbagai musibah. Seperti yang Allah sinyalir dalam Al-Quran,

”Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al-Isra: 16)

Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda, ”Tidaklah nampak kebejatan di antara kaum Luth sampai mereka terang-terangan (melakukannya) kecuali setelah itu tersebarlah penyakit kolera dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada pendahulu mereka. (Ibnu Majah).

10. Tabarruj adalah jalan hidup orang-orang yahudi

Orang-orang Yahudi sejak dulu memiliki peran yang sangat besar dalam menghancurkan umat ini melalui wanita.

Rasulullah SAW bersabda: “Takutlah pada dunia dan takutlah pada wanita karena fitnah pertama pada Bani Israel adalah pada wanita.”

11. Tabarruj adalah keterbelakangan

Buka-bukaan dan telanjang adalah fitrah hewan ternak, tidak seorangpun yang condong kepadanya kecuali dia akan terperosok jatuh ke derajat yang paling rendah dari pada derajat manusia yang telah dimuliakan Allah. Dari sini nampaklah bahwa tabarruj adalah tanda kerusakan fitrah, ketiadaan ghirah dan mati rasa.

Tentu saja yang akan terkena dampaknya tidak hanya pelaku kemaksiatan, kaum mutabarrijat,dan mereka yang tidak berhijab dalam hubungan antar lawan jenis, tetapi juga semua orang yang ada di sebuah komunitas. Maka kewajiban bagi semuanya adalah mencegah terjadinya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran sebisa mungkin. Para ulama dan pemimpin menjadi penanggung jawab utama sebelum yang lain dalam menegakkan amar maruf nahi mungkar.

Wanita-wanita yang melakukan tabarruj berlomba-lomba menggunakan perhiasan yang diharamkan untuk menarik perhatian kepadanya. Sesuatu yang justru akan merusak akhlak dan harta serta menjadikan wanita sebagai barang hina yang diperjualbelikan, dan di antara bahayanya adalah:

1. Rusaknya akhlak kaum lelaki khususnya para pemuda yang terdorong melakukan zina yang diharamkan.

2. Memperdagangkan wanita sebagai sarana promosi atau untuk meningkatkan usaha perdagangan dan sebagainya.

3. Mencelakakan diri wanita sendiri, karena tabarruj itu menunjukkan niat jelek dari apa yang ia suguhkan untuk menggoda orang-orang jahat dan bodoh.

4. Tersebarnya penyakit

Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah suatu perbuatan zina itu nampak pada suatu kaum hingga mereka mengumumkannya kecuali akan tersebar di antara mereka penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang belum pernah ada pada orang-orang dulu.”

5. Mempermudah mata melakukan maksiat serta menyulitkan ketaatan ghadhul bashar (menundukkan pandangan). Ghadhul bashar merupakan sesuatu yang lebih berbahaya dari ledakan bom atom dan gempa bumi.

Rasulullah SAW bersabda: “Kedua mata zinanya adalah melihat.”

Abu Bakar As-Shidiq meriwayatkan bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw, ”Jika manusia melihat kemungkaran lalu tidak merubahnya, hampir Allah meratakan siksanya kepada mereka semua.” (Empat Imam dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban.)

Wahai ukhti muslimah! Tidakkah anda memperhatikan hadits nabi:

“Buanglah duri dari jalan kaum muslimin.” Dan bila membuang duri dari jalan termasuk cabang iman, maka duri manakah yang lebih berat, batu di jalan atau fitnah yang merusak hati, menerbangkan akal dan menyebarkan kekejian di antara orang-orang mu’min. Sesungguhnya tidaklah seorang lelaki muslim terkena fitnah pada hari ini karena anda yang telah memalingkannya dari mengingat Allah dan menghalanginya dari jalan yang lurus -padahal anda sanggup mencegahnya dari fitnah itu- kecuali di hari esok nanti Allah akan menghukum anda dengan adzab yang sangat pedih”.

Segeralah taat kepada Allah, tinggalkan kritikan dan ejekan manusia, karena perhitungan Allah kelak sangat ketat.

Wallahu’alam bishowab.

Susahnya menangisi Dosa


Ahh....entah karena sombong, entah karena merasa cukup, entah karena diri ini tak peduli atau terlalu banyak hal yang saya lakukan tak bernilai ibadah oleh-Nya.

terasa ada yang hilang ketika melakukan amal yang diwajibkan atas perintah-Nya, keyakinan atas diterimanya amal membuat hati ini merasa cukup tanpa harus menyesali bahwa ternyata setiap hari yang dijalani selama 24 jam yang diberikan Allah padaku saat ini lebih banyak lalai dan melakukan banyak dosa sehingga ketika bercermin pada hati tersadar akan kekotoran terjebak dalam dosa yang disadari atau tidak disadari.

Cerminan wajah yang terpancar dari wajah pilu menyisakan banyak tanya bagi orang lain. wajah murung, wajah tanpa senyum , wajah penuh kebencian terpancar kesombongan dalam hati seolah paling kuat, paling beriman, paling bertaqwa.ketika semua kejadian terasa menghimpit dan tersadar hati ini bertanya kenapa sulit bagiku untuk menangisi dosaku??

Allah ampuni aku

Jangan kau biarkan aku dalam kesombongan merasa mulia dihadapan manusia namun

Engkau tak menganggap aku sebagai hamba-Mu

Rahman sadarkan akusedetik berlalu banyak sekali kelalaian yang kuperbuat tanpa bimbingan dari-Mu.

Rahim maafkan aku kesempatan yang kau beri kusia-siakan dengan lamunan akan ampunan dan jaminan surga darimu

Ya Allah.. paksalah aku untuk tunduk padaMu karena begitu sulit untukku menangisi perbuatan dosakuaku lemah

ya Allah..aku sombong..aku takut Kau biarkan aku kelak di Akhirat..aku takut ketika Rasulmu memanggil umatnya aku dilupakan karena dosa dan lalai atas perintah dan laranganMu

Ya Allah,, nasehat dari hamba-hamba-Mu seringkali tak kupedulikan karena kesombonganku

Ampuni aku ...Rabbku ingin sekali bisa menangis karena dosaku padaMu

Ya Allah tolong aku Rabb....

Bye Maksiat...


Join maksiat, OGAH! Tuh yang harus sobat katakan pada para maksiater apalagi kalo sobat sampai ngomong ama mereka sesuatu yang membuat diri berubah. Wouw keren jo. Hei…hei… Dan itu juga yang harus selalu kita ujarkan saat kita diberi menu yang gratis oleh para maksiater. Gimana enggak wong setiap hari aja kita selalu di suguhi yang gitu-gituan. “Jangan ngeres loh ya”. Biasanya kebanyakan dari kita semua jarang ada yang nggelengin kepala saat disuruh gabung, iya kan….



Itu di bisa karena sungkan lah, malu lah, nanti dikatain ustadz lah dan banyak alasan yang lainnya. So buat temen-temen nih, kita kasih syaran, gimana? Kalo ga mau saya udahan dulu. Mau out (halah..kayak chating aja) he…he… becanda kok. Nih, kita kasi tau khususon buat sobat yang lagi asyik ngebaca sambil berkeringat, maksudnya sumuk karena gua sendiri sumuk abis, he…he…he…hus..kipasan dulu ah.



Nah gini sobat, emang sih gaswat banget lingkungan kita sekarang because buanyak banget info-info yang negatif, vulgar abis, miring, nyesatkan dan gaul abis. Ga nyangka, kita nganggep hal itu biasa-biasa aja. Apalagi buat kita para remaja yang lagi muncak-muncaknya pengen tahu segala hal, terus ditawarin secara gratis lagi “wow boleh tuh”, Eit maap, kita lagi ditawarin makan gratisss… lanjut”. Kembali pada tawar-menawar, oleh mereka yang ga pantas kita tiru …. Yang ngemuat budaya-budaya dan kebiasan orang-orang non-Islam. Tul ga. Sangking seringnya temen-temen kita menjadi terbawa arus alias ngenerima dan jadi para maksiater. Contoh, gampang aja.. kamu pasti ga asing dengan istilah Valentine Day, Pesta Ulang Tahun, Open Air, Cheerliar, Joget bareng… macem-macem deh. Hampfuh…..Naudzubillah.



Nah, biar kita semua ga ikut kebawa arus and juga bisa nolongin temen-temen kita yang keseret budaya barat, kita harus ngebuat ramuan yang jitu (Dodolan Jamu be’e) dan harus punya kiat-kiat yang mantap untuk membuat anti noda budaya kufur dan kebiasaan buruk, Ok?



Yang Pertama



Nih biasanya sering terjadi pada kita-kita, jarangnya menolak ajakan temen-temen kita yang terbawa arus untuk berbuat dosa. Maksudnya perbuatan yang negatif dengan alasan takut atau sungkanlah “Ello…llho…” …. Gini fren, saat kita di hadapkan ke persoalan yang seperti ini, kita harus berani bilang TIDAK. Karena jika kita ga njawab kita akan diajak terus-terusan. Agar kita semua ga bakal berbuat yang negatif kita peringatkan temen kita, kalo yang mereka lakuin itu salah. Sobat, teman sejati adalah orang yang mau mengingatkan temannya jika berbuat salah, oihs…puitis eba….nget….



Nah, kita semua kudu ngilangin perasaan sungkan atau alasan takut. Apa dan siapa sih yang patut dan harus di takuti serta disungkani kecuali Dia (Allah SWT)?



Allah sudah beri kita jawaban dalam wahyuNya “Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran:175). Jawaban yang sangat mulia karena itu firman-Nya sobat.



Yang Kedua



Memang kebanyakan dari kita semua kurang mendalami Islam secara menyeluruh. Heit…kok aneh, padahal kita kan orang Muslim. Padahal Allah SWT udah ngasih kita semua dengan ummat yang terbaik. Coba deh buka QS. Ali Imran: 110, ca…tet. Nah kalo udah gini, kita ya harus belajar Islam secara kaffah, dasar-dasarnya, pemahaman dan aplikasinya. Jangan sampe deh kita kenal Islam cuman ibadah-ibadah ritual doang. Tapi kita semua juga harus tau n ngerti kalo Islam mampu ngatur kehidupan kita. Kan Allah SWT telah memfirmankan wahyu-Nya melalui Rosulullah Saw yang berbunyi “Masuklah kalian ke dalam Islam secara kaaffah (keseluruhan), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan” (QS. Al Baqarah: 208). Allah sangat perhatian pada kita semua dalam ayat diatas tadi yaitu dalam kata-kata “jangan sampai kita mengikuti langkah-langkah syaithan”. Kita harus sambut dan laksanakan seruan tersebut sobat jangan sampai kesempatan emas ini kita tinggalkan.



Yang terakhir nih yang ketiga



Menggabungkan kesemuanya itu dalam aktifitas kita sehari-hari seperti berani, punya pemahaman yang menyeluruh tentang dasar and aturan tentang Ibadah ritual juga dasar dan aturan tentang kehidupan sehari-hari menurut Islam plus silaturrahim and juga gabung ama orang yang sholeh/sholeha. Agar kita termasuk golongan mereka. Karena hanya dengan seperti itu kita dapat menghadapi permasalahan-permasalahan maksiat yang sangat mengglobal. Kita juga harus berusaha mendalami aturan serta hukum-hukum yang berkaitan dengan permasalahan seperti ini.



Sobat. Mulai detik ini setelah kelar baca, kita harus bertekad berubah demiNya, jangan yang lain lho ya sobat “hay…yo…”. ^_^

Wednesday, September 8, 2010

pintaku diakhir ramadhan..


Ya Allah, sebentar lagi bulanMu yang mulia akan pergi…
Terus terang Ya Allah, aku bingung. Harus sedihkah atau bahagiakah?
Bagaimana aku harus sedih, jika kemudian aku boleh sekenyang-kenyangnya memanjakan lambungku kembali…
Bagaimana pula aku bisa berbahagia, bila kemudian aku dihantui ketakutan bahwa inilah Ramadhan terakhirku…

Ya Allah, izinkan hamba medapatkan kesempatan lagi untuk bertemu dengan ramadhan-ramadhanMu berikutnya. namun jika ini akan menjadi Ramadhan yg terakhir bagi hamba, jadikanlah ia sebagai sebaik2 amalan untuk menjadi bekal hamba menjumpaiMu ya Allah…

Semoga lebaran kali ini ada jatah ampunanMu untukku Ya Allah…
Sebelum habis masa tayangku…
Di dunia dan segala skenariomu yang tak kunjung kupahami ini…

Saat esok mentari Syawal menggeliat di cakrawala timur,
Semoga semua maaf berfusi menjebol dinding-dinding keangkuhan yang mengerak membatu
Semoga tersisa maaf buatku dan segala kelemahanku…

Taqabbalallahu minnaa wa minkum, shiyamanaa wa shiyamakum
Amin

Sunday, September 5, 2010

mencintai sejantan Ali ra



Kalau Cinta Berawal dan Berakhir Karena Allah, Maka Cinta yang Lain Hanya Upaya Menunjukkan Cinta Padanya, Pengejawantahan Ibadah Hati yang Paling Hakiki: Selamanya Memberi yang Bisa Kita Berikan, Selamanya Membahagiakan Orang-Orang yang Kita Cintai. -M. ANIS MATTA-.

Ada rahasia terdalam di hati „Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ‟Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka‟bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

Mengagumkan! 'Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu. ”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ‟Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ‟Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ‟Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda‟wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ‟Utsman, ‟Abdurrahman ibn ‟Auf, Thalhah, Zubair, Sa‟d ibn Abi Waqqash, Mush‟ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ‟Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ‟Abdullah ibn Mas‟ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ‟Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ‟Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ‟Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ‟Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.

Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ‟Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ‟Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ‟Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ‟Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ‟Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ‟Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ‟Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ‟Umar melakukannya. ‟Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ‟Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ‟Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka‟bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ‟Umar di balik bukit ini!” ‟Umar adalah lelaki pemberani. ‟Ali, sekali lagi sadar.

Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ‟Umar jauh lebih layak. Dan ‟Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ‟Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ‟Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ‟Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ‟Ash ibn Rabi‟ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ‟Abdurrahman ibn ‟Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa‟d ibn Mu‟adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa‟d ibn ‟Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!” ‟Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya
keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ‟Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan. ”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?” ”Menurut kalian apakah ‟Ahlan wa Sahlan‟ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ‟Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ‟Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa „Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ‟Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggung jawab atas setiap perasaan kita..

Siapkah antum & anti “melupakan” masa lalu, Memupus keraguan tentang masa depan. Dan memberikan yang terindah HARI INI untuk menaklukkan cinta, mengajaknya bergandeng mesra untuk beribadah padaNya?

*Silahkan ambil kesimpulan sendiri:-)...jangan komen yang aneh2..hahah...Sebarkan...